Bantul, ISUETERKININEWS.COM -- Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali bersiap menggelar ajang bergengsi berskala dunia yang paling dinanti yakni Jogjakarta International Kite Festival (JIKF) 2025. resmi digelar dengan penuh kemeriahan, pada 19-27 Juli 2025 dengan menghadirkan para pelayang profesional dari 8 negara.
Ajang ini tak sekadar pertunjukan visual yang memukau, melainkan juga menjadi panggung budaya dan promosi wisata strategis bagi Daerah Istimewa Yogyakarta.
JIKF 2025 akan menjadi titik temu lebih dari 100 klub layang-layang nasional dan internasional, dalam perayaan warna-warni budaya langit nusantara. Festival ini bukan sekadar ajang hiburan, melainkan panggung budaya yang menampilkan warisan kearifan lokal dari berbagai daerah di Indonesia.
Menurut Antarikso dari Dinas Pariwisata DIY, JIKF telah menjadi agenda rutin selama 10 tahun terakhir di Pantai Parangkusumo dan kini menjadi role model bagi festival sejenis di Indonesia.
“Pantai Parangkusumo memiliki potensi besar. Layang-layang bukan hanya permainan, tetapi bagian dari diplomasi budaya yang bisa mendatangkan wisatawan mancanegara,” ujar Antarikso kepada sejumlah awak media di Soeltan Cafe, pada Kamis (17/7/2025).
lebih lanjut, Antarikso menambahkan bahwa layang-layang telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Indonesia sejak ribuan tahun silam, ini mencerminkan filosofi dan kekayaan budaya setempat. Festival ini diharapkan menjadi medium silaturahmi para pelayang dan penggiat budaya untuk memperkenalkan Indonesia ke mata dunia.
sementara itu, Ketua Panitia JIKF 2025, Anang Sarjiyanto, mengatakan bahwa JIKF merupakan agenda tahunan yang menjadi ajang silaturahmi para pelayang Nusantara.
Ini rangkaian kegiatan telah dimulai sejak awal Juli. Selain puncak acara di Parangkusumo, akan digelar road tour ke Grogol-Gunungkidul, penanaman pohon endemik langka di Warung Gedangrejo Karangmojo (20 Juli), serta eksibisi layang-layang di Mercusuar Pantai Pandansari (23–24 Juli), termasuk upacara adat dan gelar seni budaya Desa Gadingsari.
Untuk eksebisi kita awali dari sejumlah pantai di wilayah Gunung Kidul dan kemudian bergerser ke beberapa pantai di wilayah Bantul, “Kami juga mengadakan festival layang-layang anak untuk generasi muda agar budaya ini tidak punah,” kata Anang kepada sejumlah awak media di Soeltan Cafe, pada Kamis (17/7/2025).
Namun berbeda dengan tahun sebelumnya, Festival tahun ini diawali dengan sejumlah kegiatan pembuka berupa eksebisi layang-layang, konservasi pohon langka ,city tour serta sejumlah kegiatan lainnya.
Lebih jauh, panitia juga telah menyiapkan agenda khusus bagi peserta mancanegara, termasuk city tour ke Malioboro, kunjungan ke sentra pembuatan keris, dan Pasar Beringharjo untuk memperkenalkan kekayaan budaya lokal.
masih sebut, Anang menambahkan, dalam kegiatan eksibisi ini sejumlah koleksi layang international akan dipamerkan kepada wisatawan secara gratis disertai dengan kegiatan bakti sosial kepada warga masyarakat.
"Dibeberapa tempat kami menyelenggarakan kegiatan workshop layang-layang sebagai sarana edukasi kepada generasi muda," jelas Anang.
Sementara itu, Ketua Umum Organisasi Pelayang Talikama DIY, R. Herjuno Sukotjo Adi mengatakan penyelenggaraan festival tahun ini mengalami peningkatan signifikan, baik dari segi peserta maupun kualitas acara.
Tim penyelenggara pun terus berupaya mengangkat citra layang-layang sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar permainan tradisional.
"Khusus tahun ini, kondisi festival layang makin baik. Kami menempuh sejumlah strategi agar terus berkembang sehingga layang-layang tidak hanya dianggap permainan, tapi masuk dalam cabang olahraga FASI (Federasi Aero Sport Indonesia),” ujar Herjuno
Menurutnya, kehadiran pelayang dari berbagai negara, termasuk Jerman, Slovenia, India, Australia, dan Slovakia merupakan bukti bahwa festival ini mulai mendapat pengakuan internasional.
Bentuk dan teknik layangan yang dibawa pun sangat beragam, menunjukkan kekayaan budaya dan kreativitas dari masing-masing peserta.
Herjuno menambahkan bahwa event ini juga menjadi upaya untuk memperkenalkan potensi wisata DIY, khususnya di wilayah pesisir.
“Layang-layang ini merupakan cara kami mempromosikan wisata di DIY, terutama di Bantul dan Gunung Kidul,” katanya.
Festival ini tak hanya diisi oleh atraksi udara, tapi juga bazar UMKM, pertunjukan seni tradisional, dan lomba layangan untuk anak-anak. Ribuan pengunjung memadati area sejak pagi hingga sore, menunjukkan tingginya antusiasme masyarakat terhadap acara ini.
Herjuno berharap, Jogja International Kite Festival 2025 mampu menjadi magnet wisata tahunan dan memperkuat posisi Yogyakarta sebagai destinasi sport tourism yang mendunia.
Salah satu peserta, Andrea Naciarova, pelayang dari Slovakia, mengaku sangat bangga bisa turut berpartisipasi dalam festival ini.
Baginya, ini adalah pengalaman pertama turut serta dalam Festival layang-layang bertaraf internasional.
Andrea mengungkapkan, layang-layang adalah salah satu bentuk sportourism yang sangat menarik dan layak dipromosikan secara global .
"Saya sangat bangga bisa ikut Festival ini. Layang-layang adalah sportourism yang unik dan seru. Ini jadi alasan utama saya datang ke Indonesia, terutama ke Yogyakarta,” kata Andrea
Dengan memadukan kekuatan budaya lokal dan daya tarik internasional, JIKF 2025 diprediksi akan menjadi magnet wisata baru sekaligus panggung kehormatan bagi Indonesia sebagai negara layang-layang tertua di dunia. (Fqh).